Click Here For Free Blog Templates!!!
Blogaholic Designs

Pages

Minggu, 17 Juli 2016

TAHAPAN PERKEMBANGAN BERMAIN ANAK

TAHAPAN_TAHAPAN BERMAIN 
 
by. Yunita, M.Pd.

Hai Bundaaaa dan Ayah... Apa kabar? Hari ini saya akan menjelaskan tentang beberapa jenis tahapan-tahapan bermain anak. Sebagai orang tua dan guru, sebaiknya kita mengetahui apa saja sih tahapan-tahapan perkembangan bermain pada anak agar kita sebagai orang tua memahami betul perkembangan anak dan tidak salah menafsirkan apa yang anak lakukan. Yuk kita baca artikel dibawah ini :

  1. Tahapan-Tahapan Bermain Menurut Para Ahli
Tahapan-tahapan bermain menurut para ahli anak usia dini yaitu :
1.      Mildred Parten (1932)
Midrer Parten dalam (Santrock, 2009: 217) mengklasifikasikan tahapan-tahapan bermain anak.
a.      Unoccupied Play
Pada tahapan ini, anak terlihat tidak bermain seperti yang umumnya dipahami sebagai kegiatan bermain. Anak hanya mengamati kejadian di sekitarnya yang menarik perhatiannya. Apabila tidak ada hal yang menarik, maka anak akan menyibukkan dirinya sendiri. Ia mungkin hanya berdiri di suatu sudut, melihat ke sekeliling ruangan, atau melakukan beberapa gerakan tanpa tujuan tertentu. Jenis bermain semacam ini hanya dilakukan oleh bayi. Jenis bermain ini belum menunjukkan minat anak pada aktivitas atau objek lainnya. Tahapan bermain ini biasanya hanya dilakukan oleh bayi.
b.      Solitary Play
Pada tahapan ini, anak bermain sendiri dan tidak berhubungan dengan permainan teman-temannya. Anak asyik sendiri dan menikmati aktivitasnya. Ia tidak memperhatikan hal lain yang terjadi. Untuk anak-anak, bermain tidak selalu seperti aktivitas bermain yang dipahami oleh orang dewasa. Ketika ia merasa antusias dan tertarik akan sesuatu, saat itulah anak disebut bermain, walaupun mungkin anak hanya sekedar menggoyangkan badan, menggerakkan jari-jarinya, dll. Pada tahapan ini, anak belum menunjukkan antusiasmenya kepada lingkungan sekitar, khususnya orang lain. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh anak usia bayi sampai umur 2 tahun dan menurun di masa-masa selanjutnya.

c.       Onlooker Play
Pada tahapan ini, anak melihat atau memperhatikan anak lain yang sedang bermain. Anak-anak mulai memperhatikan lingkungannya. Di sinilah anak mulai mengembangkan kemampuannya untuk memahami bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungan. Walaupun anak sudah mulai tertarik dengan aktivitas lain yang diamatinya, anak belum memutuskan untuk bergabung. Dalam tahapan ini anak biasanya cenderung mempertimbangkan apakah ia akan bergabung atau tidak.
d.      Parallel Play
Pada tahapan ini, anak bermain terpisah dengan teman-temannya namun menggunakan jenis mainan yang sama ataupun melakukan perilaku yang sama dengan temannya. Anak bahkan sudah berada dalam suatu kelompok walaupun memang tidak ada interaksi di antara mereka. Biasanya mereka mulai tertarik satu sama lain, namun belum merasa nyaman untuk bermain bersama sehingga belum ada satu tujuan yang ingin dicapai bersama. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh anak-anak di masa awal sekolah.

e.       Associative Play
Pada tahapan ini, anak terlibat dalam interaksi sosial dengan sedikit atau bahkan tanpa peraturan. Anak sudah mulai melakukan interaksi yang intens dan bekerja sama. Sudah ada kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama namun biasanya belum ada peraturan. Misalnya melakukan anak melakukan permainan kejar-kejaran, namun seringkali tidak tampak jelas siapa yang mengejar siapa. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh sebagian besar masa anak-anak prasekolah.



f.        Cooperative Play
Pada tahapan ini, anak memiliki interaksi sosial yang teratur. Kerja sama atau pembagian tugas/peran dalam permainan sudah mulai diterapkan untuk mencapai satu tujuan tertentu. Misalnya, bermain sekolah-sekolahan, membangun rumah-rumahan, dll.  Tipe permainan ini yang mendorong timbulnya kompetisi dan kerja sama anak. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh anak-anak pada masa sekolah dasar, namun dalam sudah dapat dimainkan oleh anak-anak taman kanak-kanak bentuk sederhana.


2.      Jean Piaget (1962)
Sejalan dengan perkembangan kognisi atau daya pikir anak, Jean Piaget (Mursalin, 2011) mengemukakan tahapan bermain sebagai berikut:
a.       Sensory Motor Play (± ¾ bulan ­1/2 tahun)
Bermain dimulai pada periode perkembangan kognitif sensori motor, sebelum usia 3-4 bulan, gerakan atau kegiatan anak belum dapat dikategorikan sebagai bermain. Kegiatan bayi hanya merupakan pengulangan dari hal-hal yang dilakukan sebelumnya, dan Piaget menamakannya reproductive assimilation. Pada usia 7-11 bulan kegiatan yang dilakukan anak bukan semata-mata berupa pengulangan, namun sudah disertai dengan variasi. Misalnya anak melihat wajah di balik bantal yang disingkapkan, anak melakukan terus dengan berbagai variasinya. Pada usia 18 bulan tampak adanya percobaan-percobaan aktif pada kegiatan bermain anak. Contohnya anak yang bermain dengan kaleng bekas dan sepotong kayu, secara tidak sengaja memukul kaleng dari sisi yang berbeda. Ternyata menimbulkan suara berbeda, sehingga dari pengalaman ini ia mendapat pengetahuan baru.
b.      Symbolic atau Make Belive Play (±2-7 tahun)
Symbolic atau Make Belive Play merupakan ciri periode pra operasional yang terjadi antara usia 2-7 tahun yang ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-pura. Misalnya menggunakan sapu sebagai kuda-kudaan, menganggap sobekan kertas sebagai uang. Bermain simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan dan mengkonsilidasikan (menggabungkan) pengalaman emosional anak.
c.       Social Play Games with Rules (±8 tahun-11 tahun)
Dalam bermain tahap yang tertinggi, penggunaan simbol lebih banyak diwarnai oleh nalar, logika yang bersifat obyektif, sejak usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rulers. Kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan permainan.
d.      Games With Rules & Sports (11 tahun keatas)
Olah raga adalah kegiatan bermain yang menyenangkan dan dinikmati anak-anak, walaupun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu. Karena bukan hanya rasa senang saja yang menjadi tujuan, tetapi ada suatu hasil akhir tertentu seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik.
3.      Elizabeth Hurlock (1981)
Menurut Hurlock dalam (Mursalin, 2011) menyatakan bahwa tahapan bermain terdiri dari empat tahapan yaitu :
a.            Tahap Penjelajahan (Exploartory stage)
Ciri khasnya adalah berupa kegiatan mengenai obyek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya.
b.      Tahap Mainan (Toy Stage)
Tahap ini mancapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara usia 2-3 tahun anak biasanya hanya mengamati alat permainannya. Mereka pikir benda mainannya dapat makan, berbicara, merasa sakit dan sebagainya. Contohnya yaitu bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya.
c.       Tahap Bermain (Play Stage)
Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuknya anak ke sekolah Dasar. Pada masa ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak, karena itu tahap ini dinamakan tahap bermain. Anak bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olah raga, dan bentuk permainan lain yang dilakukan juga oleh orang dewasa.
d.      Tahap Melamun (Daydream Stage)
Tahap ini diawali saat anak mendekati masa puber. Saat ini anak sudah mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai banyak menghabiskan waktunya untuk melamun atau berkhayal. Biasanya lamunan atau khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain.
  1. Ruben, Fein, Vandenberg (1983) dan Smilansky (1968)
Pendapat Rubin, Fein, Vandenberg dalam (Mursalin, 2011) dan Smilansky dalam (Bergen & Fromberg, 2006: 42) mengemukakan bahwa tahapan perkembangan bermain kognitif anak adalah sebagai berikut:
a.       Bermain Fungsional (Functional Play)
Bermain seperti ini biasanya tampak pada anak berusia 1-2 tahunan berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang. Kegiatan bermain ini dapat dilakukan dengan atau tanpa alat permainan. Misalnya: berlari-lari sekeliling ruang tamu, mendorong dan menarik mobil-mobilan, mengolah lilin atau tanah liat tanpa maksud untuk membuat bentuk tertentu dan yang semacamnya.
b.      Bermain Bangun Membangun (Constructive Play)
Bermain membangun sudah dapat terlihat pada anak berusia 3-6 tahun. Dalam kegiatan bermain ini anak membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia. Misalnya: membuat rumah-rumahan dengan balok kayu atau potongan lego, menggambar, menyusun kepingan-kepingan kayu bergambar dan yang semacamnya.
c.       Bermain Pura-pura (Make-believe Play)
Kegiatan bermain pura-pura mulai banyak dilakukan anak berusia 3-7 tahun. Dalam bermain pura-pura anak menirukan kegiatan orang yang pernah dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari. Dapat juga anak melakukan peran imajinatif memainkan tokoh yang dikenalnya melalui film kartun atau dongeng. Misalnya: main rumah-rumahan, polisi dan penjahat, jadi batman atau ksatria baja hitam.
d.      Permainan dengan peraturan (Games with Rules)
Kegiatan jenis ini umumnya sudah dapat dilakukan anak usia 6-11 tahun. Dalam kegiatan bermain ini, anak sudah memahami dan bersedia mematuhi aturan permainan. Aturan permainan pada awalhya diikuti anak berdasarkan yang diajarkan orang lain. Lambat laun anak memahami bahwa aturan itu dapat dan boleh diubah sesuai kesepakatan orang yang terlibat dalam permaina, asalkan tidak terlalu menyimpang jauh dari aturan umumnya. Misalnya: main kasti, galah asin atau gobak sodor, ular tangga, monopoli, kartu, bermain tali dan semacamnya.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bermain menurut Rubin, Fein, Vandenberg dan Smilansky merupakan suatu kegiatan yang sederhana dan semakin lama semakin kompleks (rumit) yang ditandai dengan penggunaan peraturan dalam permainan yang bertujuan untuk memperoleh kesenangan. Kegiatan bermain ini untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak.
  1. Tahapan Perkembangan Ditinjau dari Alat Permainan
Menurut Hillary Hettinger Steiner dalam artikel Parents Magazine (2013) terdapat tahapan-tahapan bermain ditinjau dari alat permainannya, yaitu :


ALAT PERMAINAN
USIA
KETERANGAN
Bola
6 Bulan
Bayi akan terkagum-kagum memandangi bola. Bayi juga suka memegang dan merasakan permukaan bola, jadi pilih saja bola dengan tekstur menarik seperti bordir atau label.
12 Bulan
Anak bisa duduk di lantai dan mendorong bola ke depan-ke belakang bersama Anda. Anak  mungkin juga sudah bisa melempar bola, meski tanpa target dan tujuan.
18 Bulan
Anak sudah semakin mahir dan bertenaga melempar dengan dua tangan dan menikmati saat mengoper bola ke arah kita.
2 Tahun
Anak sudah semakin “menguasai lapangan”, bisa menendang dan menggiring bola dengan kedua kakinya. Berkat tubuh kecilnya, anak mudah menguasai teknik dasar permainan sepak bola.
3 Tahun
Akhirnya, anak dapat menangkap bola besar. Beberapa anak bahkan bisa menendang bola dan mencetak gol.
Balok Kayu
6 Bulan
Bayi suka mengigit balok, tapi mereka juga membenturkannya dan senang memegangnya.
12 Bulan
Anak sadar bahwa dia bisa membuat bunyi dengan membenturkan dua balok bersamaan. Anak juga bisa menghancurkan ‘mahakarya’ yang orang dewasa bangun dari balok-balok kayu.
18 Bulan
Anak sudah bisa menumpukkan dua atau tiga balok dengan seimbang.
2 Tahun
Tubuhnya sudah lebih tinggi dan koordinasinya meningkat. Anak bisa menyusun empat sampai tujuh balok. Dia juga bisa memisahkan bentuk berdasarkan warna dan mengkhayalkan balok sebagai benda lain, seperti mobil atau kapal.
3 Tahun
Lebih banyak bentuk yang bisa disusun. Anak dapat membangun struktur yang menyerupai benda-benda nyata, seperti benteng, jembatan, dan terowongan.
Krayon
6 Bulan
Bayi masih terlalu kecil untuk bermain dengan krayon.
12 Bulan
Anak bisa memegang krayon besar dalam genggamannya dan menggambar acak.
18 Bulan
Ketika anak melihat orang dewasa menggambar, dia akan mengikutinya.
2 Tahun
Anak menikmati duduk bersama satu set krayon dan kertas lalu mulai menggambar.
3 Tahun
Anak sudah dapa membuat bentuk lingkaran, silang, bujur sangkar, dan menggambar “orang” dengan satu atau lebih anggota badan. Mulai usia 3 tahun, anak mengenal tiga atau empat warna, dan mungkin sudah bisa membuat huruf-huruf kapital.
Boneka Binatang
6 Bulan
Semua tentang mengenali tekstur menyentuh dan mengunyah boneka.
12 Bulan
Anak membawa boneka kesayangan kemanapun dia pergi dan begitu menyatu dengan mainan yang satu ini. Pada usia tersebut, sebagian anak sangat akrab dengan boneka dan tidak bisa tidur tanpa sahabatnya itu.
18 Bulan
Anak melenguh, menguik, mengeong, dan membuat variasi suara binatang sesuai bentuk boneka.
2 Tahun
Anak mulai mempraktikkan permainan pura-pura, seperti mengajak Doggy jalan-jalan atau menyuapi Teddy Bear.
3 Tahun
Anak mulai menciptakan dunia yang unik dan imajinatif. Teddy Bear menjelma menjadi dinosaurus dan Owl mengumpulkan bahan-bahan pembuat sup.
Puzzle Sederhana
6 Bulan
Bayi suka memindahkan kepingan puzzle dari satu tangan ke tangan lain, dan memasukkannya ke dalam mulut seperti biskuit.
12 Bulan
Pada usia ini, anak suka membalikkan papan puzzle hingga jatuh berserakan di lantai. Mereka juga bisa menjepit dengan jari untuk mencopot kepingan puzzle.
18 Bulan
Dengan bantuan orang dewasa, anak dapat menempatkan kepingan puzzle ukuran besar dengan benar.
2 Tahun
Anak dapat melengkapi puzzle sederhana meletakkan gambar sayuran atau binatang ke tempatnya. Dia juga bisa menyelesaikan puzzle tiga keping sederhana.
3 Tahun
Kemampuan memecahkan masalah sudah meningkat sehingga dia lebih tertarik dengan puzzle, dan sudah bisa merangkai puzzle sederhana yang terdiri lebih dari delapan keping.
Instrument Musik
6 Bulan
Jika kita memiliki drum mainan, bayi akan sangat senang memukulnya tanpa tujuan.
12 Bulan
Dia menganggukkan kepala setiap kali mendengar bunyi perkusi drum, xylophone, atau panci dan wajan.
18 Bulan
Anak suka bertepuk tangan mengikuti musik, tapi jangan harap dia bisa mengikuti irama. Dia juga mulai tertarik memukul-mukul tongkat atau menggoyangkan tamborin.
2 Tahun
Tekan tuts piano, petik gitar, atau tabuh drum, anak akan menirukan orang dewasa memainkan berbagai jenis alat musik.
3 Tahun
Jika anak menyukai musik, dia akan menikmati meniup alat musik tiup, seperti seruling atau harmonika.
 






 DAFTAR PUSTAKA


_________. (2013). Usia dan Tahapan Bermain. [Online]. Tersedia: http://www.parentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=kids&id=118. [21 Oktober 2013].
Bergen, Doris., Fromberg, Doris Pronin. (2006). Play From Birth to Twelve [Second Edition]. New York: Routledge.
Mursalin. (2011). Tahap Bermain Pada Anak. [Online]. Tersedia: http://mursalin-nersboyz.blogspot.com/2011/02/tahap-perkembangan-bermain-pada-anak.html.  [21 Oktober 2013].
            Santrock, John W. (2009). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

0 komentar:

Posting Komentar