Click Here For Free Blog Templates!!!
Blogaholic Designs

Pages

Jumat, 25 November 2016

Menjadi Guru? Nikmati Saja !




 Hasil gambar untuk stress teacher clip art 
Dari sejak SMA saya ingin sekali menjadi guru. Terutama guru TK atau guru SD. Keliatannya menyenangkan menjadi guru. Semua itu berawal dari kekaguman saya akan sosok guru TK saya yang cantik, ramah dan disukai anak-anak. Kalau beliau datang  ke sekolah anak-anak selalu berlari menyambutnya. Beliau juga pandai bernyanyi dan bercerita. Selain itu juga ada guru Bahasa Inggris saya ketika SMP. Gurunya baik sekali, tidak pernah marah dan penyabar. Beliau sangat pintar. Apapun yang kami tanyakan beliau bisa menjawabnya. Kami menganggapnya seperti kamus pintar berjalan. Bicaranya dan sikapnya sangat berwibawa sehingga anak-anak dan orang di sekitarnya sangat menghormatinya
Dan sejak itulah saya bercita-cita menjadi guru. Dan banyak anak-anak lainnya yang bercita-cita sama seperti  saya.
Setelah menjadi guru,  saya menyadari bahwa menjadi guru itu tidaklah mudah. Mudah jika semua murid saya anak yang baik-baik dan pintar semua. Mudah jika semua murid saya adalah murid yang penurut semua. Masalahnya, setiap tahun saya selalu mendapatkan murid yang beragam. Ada yang super aktif, ada yang super sensitif, ceria, banyak bicara, pemarah, pemalu, tidak mau diam, susah kosentrasi dengan segudang permasalahan yang mereka bawa  ke sekolah. Dari anak dengan latar belakang keluarga baik-baik sampai anak broken home dan single parents.
Kelas yang saya bayangkan dari kecil adalah guru yang berdiri di depan anak-anak yang duduk manis mendengarkan, guru bercerita dikelilingi anak-anak, suasana belajar yang tenang dimana siswa bertanya dengan antusias.
Tapi bayangan itu langsung buyar seketika. Kelas saya sangat jauh berbeda. Setiap hari ada saja masalah yang terjadi di kelas saya. Ada yang anak yang dipukul temannya sampai benjol, anak yang selalu menangis kalau tidak bisa mengerjakan tugas, anak laki-laki yang berkelahi dengan kakak kelasnya, anak yang selalu membantah dan ngeyel kalau kita beritahu, anak jatuh dari ayunan sampai bibirnya berdarah,  dan kabel printer pun tak luput menjadi korban “keisengan “anak-anak
Masuk ke kelas saya, bagaikan masuk ke arena perang dan pulang dalam keadaan “babak belur’. Yah, begitulah yang setiap hari saya jalani.
Sampai akhirnya saya merasa  lelah dan bendera putihpun saya kibarkan. Saya menyerah! Mungkin saya bukan guru yang baik. Saya gagal mendidik mereka. Ternyata benar kata orang tua saya. Menjadi guru adalah salah satu pekerjaan terberat. Mengajar dari pagi sampai sore, pulang bawa kerjaan setumpuk soal yang belum di periksa, belum buat rencana kegiatan harian, mingguan, bulanan dan lain sebagainya, menyiapkan bahan ajar buat keesokan harinya, belum lagi menghadapi anak-anak, orang tua dengan segala tuntutannya. Membuat siswa duduk diam memang mudah tapi bagaimana membuat mereka senang belajar dan merubah sikap dan perilaku siswa menjadi lebih baik itulah yang susah. Pekerjaan guru adalah pekerjaan terberat . Sudah gaji pas-pasan tapi beban kerjanya sangat tinggi.
Sudah curhatnya? Trus? Berhenti jadi guru begitu saja?
Belum selesai ceritanya.... Memang saya sempat menyerah tapi akhirnya saya kembali dan masuk arena peperangan lagi dengan merubah pandangan baru : Pekerjaan guru bukan persoalan memeriksa lembar jawaban, mengajar di depan anak-anak, guru harus lebih pintar, harus berprilaku baik, berwibawa, sabar, penyayang, tegas dan sifat-sifat malaikat lainnya. Saya adalah guru yang juga manusia. Saya kadang bisa capek, saya bisa merasa marah, kesal atau bahkan saya bisa merasa malas. Saya kembali menjadi teman dan ibu bagi mereka. Saya ikut bermain dengan mereka, saya ikut belajar bersama mereka, saya tidak menuntut mereka, saya biarkan mereka menjadi dirinya sendiri, saya biarkan mereka menyukai mata pelajaran tertentu tanpa harus mengusai semuanya, saya banyak memberi reward daripada menghukum mereka. Saya lebih fokus pada kelebihan dan potensi mereka bukan kekurangan mereka. 
Dan itu membuat saya lebih rileks dan menyukai pekerjaan saya. Dan ketika anak-anak semakin memperlihatkan kemajuan ada rasa kepuasan tersendiri bagi saya. Dan ketika mereka naik kelas, banyak surat "cinta" mendarat di meja saya yang membuat saya berurai air mata. Mereka mengatakan bahwa mereka ingin saya menjadi guru mereka lagi dan tidak akan melupakan saya.
I love my job! Gaji pas-pasan? Sudah...Nikmati saja.
SELAMAT HARI GURU! 
By : Lelia Wuryandari S,Pd