TAHAPAN_TAHAPAN BERMAIN
by. Yunita, M.Pd.
Hai Bundaaaa dan Ayah... Apa kabar? Hari ini saya akan menjelaskan tentang beberapa jenis tahapan-tahapan bermain anak. Sebagai orang tua dan guru, sebaiknya kita mengetahui apa saja sih tahapan-tahapan perkembangan bermain pada anak agar kita sebagai orang tua memahami betul perkembangan anak dan tidak salah menafsirkan apa yang anak lakukan. Yuk kita baca artikel dibawah ini :
- Tahapan-Tahapan Bermain Menurut Para Ahli
Tahapan-tahapan
bermain menurut para ahli anak usia dini yaitu :
1. Mildred Parten (1932)
Midrer Parten dalam
(Santrock, 2009: 217) mengklasifikasikan tahapan-tahapan bermain anak.
a.
Unoccupied Play
Pada tahapan ini, anak terlihat tidak bermain seperti
yang umumnya dipahami sebagai kegiatan bermain. Anak hanya mengamati kejadian
di sekitarnya yang menarik perhatiannya. Apabila tidak ada hal yang menarik,
maka anak akan menyibukkan dirinya sendiri. Ia mungkin hanya berdiri
di suatu sudut, melihat ke sekeliling ruangan, atau melakukan beberapa gerakan
tanpa tujuan tertentu. Jenis bermain semacam ini hanya dilakukan oleh bayi.
Jenis bermain ini belum menunjukkan minat anak pada aktivitas atau objek
lainnya. Tahapan bermain ini biasanya hanya dilakukan oleh bayi.
b.
Solitary Play
Pada tahapan ini, anak bermain sendiri dan tidak
berhubungan dengan permainan teman-temannya. Anak asyik sendiri dan menikmati
aktivitasnya. Ia tidak memperhatikan hal lain yang terjadi. Untuk anak-anak,
bermain tidak selalu seperti aktivitas bermain yang dipahami oleh orang dewasa.
Ketika ia merasa antusias dan tertarik akan sesuatu, saat itulah anak disebut
bermain, walaupun mungkin anak hanya sekedar menggoyangkan badan, menggerakkan
jari-jarinya, dll. Pada tahapan ini, anak belum menunjukkan antusiasmenya
kepada lingkungan sekitar, khususnya orang lain. Tahapan bermain ini biasanya
dilakukan oleh anak usia bayi sampai umur 2 tahun dan menurun di masa-masa
selanjutnya.
c.
Onlooker Play
Pada tahapan ini, anak melihat atau memperhatikan anak
lain yang sedang bermain. Anak-anak mulai memperhatikan lingkungannya. Di
sinilah anak mulai mengembangkan kemampuannya untuk memahami bahwa dirinya
adalah bagian dari lingkungan. Walaupun anak sudah mulai tertarik dengan
aktivitas lain yang diamatinya, anak belum memutuskan untuk bergabung. Dalam
tahapan ini anak biasanya cenderung mempertimbangkan apakah ia akan bergabung atau
tidak.
d.
Parallel Play
Pada tahapan ini, anak bermain terpisah dengan
teman-temannya namun menggunakan jenis mainan yang sama ataupun melakukan
perilaku yang sama dengan temannya. Anak bahkan sudah berada dalam suatu
kelompok walaupun memang tidak ada interaksi di antara mereka. Biasanya mereka
mulai tertarik satu sama lain, namun belum merasa nyaman untuk bermain bersama
sehingga belum ada satu tujuan yang ingin dicapai bersama. Tahapan bermain ini
biasanya dilakukan oleh anak-anak di masa awal sekolah.
e.
Associative Play
Pada tahapan ini, anak terlibat dalam interaksi sosial
dengan sedikit atau bahkan tanpa peraturan. Anak sudah mulai melakukan
interaksi yang intens dan bekerja sama. Sudah ada kesamaan tujuan yang ingin
dicapai bersama namun biasanya belum ada peraturan. Misalnya melakukan anak
melakukan permainan kejar-kejaran, namun seringkali tidak tampak jelas siapa
yang mengejar siapa. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh sebagian besar
masa anak-anak prasekolah.
f.
Cooperative Play
Pada tahapan ini, anak memiliki
interaksi sosial yang teratur. Kerja sama atau pembagian tugas/peran dalam
permainan sudah mulai diterapkan untuk mencapai satu tujuan tertentu. Misalnya,
bermain sekolah-sekolahan, membangun rumah-rumahan, dll. Tipe permainan ini yang mendorong timbulnya
kompetisi dan kerja sama anak. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh
anak-anak pada masa sekolah dasar, namun dalam sudah dapat dimainkan oleh
anak-anak taman kanak-kanak bentuk sederhana.
2. Jean
Piaget (1962)
Sejalan dengan perkembangan kognisi
atau daya pikir anak, Jean Piaget (Mursalin,
2011) mengemukakan tahapan bermain sebagai berikut:
a. Sensory Motor Play (± ¾ bulan 1/2 tahun)
Bermain dimulai pada periode perkembangan kognitif
sensori motor, sebelum usia 3-4 bulan, gerakan atau kegiatan anak belum dapat
dikategorikan sebagai bermain. Kegiatan bayi hanya merupakan pengulangan dari
hal-hal yang dilakukan sebelumnya, dan Piaget menamakannya reproductive assimilation. Pada usia 7-11 bulan kegiatan yang
dilakukan anak bukan semata-mata berupa pengulangan, namun sudah disertai
dengan variasi. Misalnya anak melihat wajah di balik bantal yang disingkapkan,
anak melakukan terus dengan berbagai variasinya. Pada usia 18 bulan tampak
adanya percobaan-percobaan aktif pada kegiatan bermain anak. Contohnya anak
yang bermain dengan kaleng bekas dan sepotong kayu, secara tidak sengaja
memukul kaleng dari sisi yang berbeda. Ternyata menimbulkan suara berbeda,
sehingga dari pengalaman ini ia mendapat pengetahuan baru.
b. Symbolic atau Make Belive Play (±2-7
tahun)
Symbolic atau Make Belive Play merupakan ciri periode
pra operasional yang terjadi antara usia 2-7 tahun yang ditandai dengan bermain
khayal dan bermain pura-pura. Misalnya menggunakan sapu sebagai kuda-kudaan,
menganggap sobekan kertas sebagai uang. Bermain simbolik juga berfungsi untuk
mengasimilasikan dan mengkonsilidasikan (menggabungkan) pengalaman emosional
anak.
c. Social Play Games with
Rules (±8 tahun-11 tahun)
Dalam bermain tahap yang tertinggi, penggunaan simbol
lebih banyak diwarnai oleh nalar, logika yang bersifat obyektif, sejak usia
8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rulers.
Kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan permainan.
d. Games With Rules &
Sports (11 tahun keatas)
Olah raga adalah kegiatan bermain yang menyenangkan dan
dinikmati anak-anak, walaupun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan
secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu.
Karena bukan hanya rasa senang saja yang menjadi tujuan, tetapi ada suatu hasil
akhir tertentu seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik.
3. Elizabeth Hurlock (1981)
Menurut Hurlock dalam
(Mursalin, 2011) menyatakan bahwa tahapan bermain terdiri dari empat tahapan
yaitu :
a.
Tahap Penjelajahan (Exploartory stage)
Ciri khasnya adalah
berupa kegiatan mengenai obyek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih
benda disekelilingnya lalu mengamatinya.
b.
Tahap Mainan (Toy Stage)
Tahap ini mancapai
puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara usia 2-3 tahun anak biasanya hanya
mengamati alat permainannya. Mereka pikir benda mainannya dapat makan,
berbicara, merasa sakit dan sebagainya. Contohnya yaitu bermain dengan boneka
dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya.
c.
Tahap Bermain (Play Stage)
Biasanya terjadi
bersamaan dengan mulai masuknya anak ke sekolah Dasar. Pada masa ini jenis
permainan anak semakin bertambah banyak, karena itu tahap ini dinamakan tahap
bermain. Anak bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan berkembang
menjadi games, olah raga, dan bentuk permainan lain yang dilakukan juga oleh
orang dewasa.
d.
Tahap Melamun (Daydream Stage)
Tahap ini diawali saat
anak mendekati masa puber. Saat ini anak sudah mulai kurang berminat terhadap
kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai banyak menghabiskan
waktunya untuk melamun atau berkhayal. Biasanya lamunan atau khayalannya
mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain.
- Ruben, Fein, Vandenberg
(1983) dan Smilansky (1968)
Pendapat Rubin, Fein, Vandenberg dalam (Mursalin, 2011) dan
Smilansky dalam (Bergen &
Fromberg, 2006: 42) mengemukakan bahwa tahapan perkembangan bermain kognitif anak adalah sebagai berikut:
a.
Bermain Fungsional (Functional Play)
Bermain seperti ini biasanya tampak pada anak berusia
1-2 tahunan berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang. Kegiatan bermain ini
dapat dilakukan dengan atau tanpa alat permainan. Misalnya: berlari-lari
sekeliling ruang tamu, mendorong dan menarik mobil-mobilan, mengolah lilin atau
tanah liat tanpa maksud untuk membuat bentuk tertentu dan yang semacamnya.
b.
Bermain Bangun Membangun (Constructive
Play)
Bermain membangun sudah dapat terlihat pada anak berusia
3-6 tahun. Dalam kegiatan bermain ini anak membentuk sesuatu, menciptakan
bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia. Misalnya: membuat
rumah-rumahan dengan balok kayu atau potongan lego, menggambar, menyusun
kepingan-kepingan kayu bergambar dan yang semacamnya.
c.
Bermain Pura-pura (Make-believe Play)
Kegiatan bermain pura-pura mulai banyak dilakukan anak
berusia 3-7 tahun. Dalam bermain pura-pura anak menirukan kegiatan orang yang
pernah dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari. Dapat juga anak melakukan peran
imajinatif memainkan tokoh yang dikenalnya melalui film kartun atau dongeng.
Misalnya: main rumah-rumahan, polisi dan penjahat, jadi batman atau ksatria
baja hitam.
d.
Permainan dengan peraturan (Games with Rules)
Kegiatan jenis ini umumnya sudah dapat dilakukan anak
usia 6-11 tahun. Dalam kegiatan bermain ini, anak sudah memahami dan bersedia
mematuhi aturan permainan. Aturan permainan pada awalhya diikuti anak
berdasarkan yang diajarkan orang lain. Lambat laun anak memahami bahwa aturan
itu dapat dan boleh diubah sesuai kesepakatan orang yang terlibat dalam
permaina, asalkan tidak terlalu menyimpang jauh dari aturan umumnya. Misalnya:
main kasti, galah asin atau gobak sodor, ular tangga, monopoli, kartu, bermain
tali dan semacamnya.
Dari penjelasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa bermain menurut Rubin, Fein, Vandenberg dan Smilansky
merupakan suatu kegiatan yang sederhana dan semakin lama semakin kompleks
(rumit) yang ditandai dengan penggunaan peraturan dalam permainan yang
bertujuan untuk memperoleh kesenangan. Kegiatan bermain ini untuk mengembangkan
kemampuan kognitif anak.
- Tahapan Perkembangan Ditinjau dari Alat Permainan
Menurut Hillary
Hettinger Steiner dalam artikel Parents Magazine (2013) terdapat tahapan-tahapan bermain ditinjau
dari alat permainannya, yaitu :
ALAT PERMAINAN
|
USIA
|
KETERANGAN
|
Bola
|
6 Bulan
|
Bayi akan terkagum-kagum
memandangi bola. Bayi juga suka memegang dan merasakan permukaan bola, jadi pilih saja
bola dengan tekstur menarik seperti bordir atau label.
|
12 Bulan
|
Anak bisa duduk di lantai dan
mendorong bola ke depan-ke belakang bersama Anda. Anak mungkin juga sudah bisa
melempar bola, meski tanpa target dan tujuan.
|
18 Bulan
|
Anak sudah semakin mahir dan
bertenaga melempar dengan dua tangan dan menikmati saat mengoper bola ke arah
kita.
|
2 Tahun
|
Anak sudah semakin “menguasai
lapangan”, bisa menendang dan menggiring bola dengan kedua kakinya. Berkat
tubuh kecilnya, anak mudah menguasai teknik
dasar permainan sepak bola.
|
3 Tahun
|
Akhirnya, anak dapat menangkap bola besar.
Beberapa anak
bahkan bisa menendang bola dan mencetak gol.
|
Balok Kayu
|
6 Bulan
|
Bayi suka mengigit balok,
tapi mereka juga membenturkannya dan senang memegangnya.
|
12 Bulan
|
Anak sadar bahwa dia bisa
membuat bunyi dengan membenturkan dua balok bersamaan. Anak juga bisa menghancurkan
‘mahakarya’ yang orang dewasa bangun dari balok-balok kayu.
|
18 Bulan
|
Anak sudah bisa menumpukkan
dua atau tiga balok dengan seimbang.
|
2 Tahun
|
Tubuhnya sudah lebih
tinggi dan koordinasinya meningkat. Anak bisa menyusun empat sampai tujuh balok. Dia juga
bisa memisahkan bentuk berdasarkan warna dan mengkhayalkan balok sebagai
benda lain, seperti mobil atau kapal.
|
3 Tahun
|
Lebih banyak bentuk yang
bisa disusun. Anak dapat membangun struktur yang menyerupai benda-benda nyata, seperti
benteng, jembatan, dan terowongan.
|
Krayon
|
6 Bulan
|
Bayi masih terlalu kecil
untuk bermain dengan krayon.
|
12 Bulan
|
Anak bisa memegang krayon
besar dalam genggamannya dan menggambar acak.
|
18 Bulan
|
Ketika anak melihat orang dewasa menggambar, dia akan
mengikutinya.
|
2 Tahun
|
Anak menikmati duduk
bersama satu set krayon dan kertas lalu mulai menggambar.
|
3 Tahun
|
Anak sudah dapa membuat bentuk lingkaran,
silang, bujur sangkar, dan menggambar “orang” dengan satu atau lebih anggota
badan. Mulai usia 3 tahun, anak mengenal tiga atau empat warna, dan mungkin
sudah bisa membuat huruf-huruf kapital.
|
Boneka Binatang
|
6 Bulan
|
Semua tentang mengenali
tekstur menyentuh dan mengunyah boneka.
|
12 Bulan
|
Anak membawa boneka kesayangan
kemanapun dia pergi dan begitu menyatu dengan mainan yang satu ini. Pada usia
tersebut, sebagian anak sangat akrab dengan boneka dan tidak bisa tidur tanpa
sahabatnya itu.
|
18 Bulan
|
Anak melenguh, menguik,
mengeong, dan membuat variasi suara binatang sesuai bentuk boneka.
|
2 Tahun
|
Anak mulai mempraktikkan
permainan pura-pura, seperti mengajak Doggy
jalan-jalan atau menyuapi Teddy Bear.
|
3 Tahun
|
Anak mulai menciptakan
dunia yang unik dan imajinatif. Teddy Bear menjelma menjadi dinosaurus dan Owl
mengumpulkan bahan-bahan pembuat sup.
|
Puzzle Sederhana
|
6 Bulan
|
Bayi suka memindahkan
kepingan puzzle dari satu tangan ke tangan lain, dan memasukkannya
ke dalam mulut seperti biskuit.
|
12 Bulan
|
Pada usia ini, anak suka
membalikkan papan puzzle hingga jatuh berserakan di lantai. Mereka
juga bisa menjepit dengan jari untuk mencopot kepingan puzzle.
|
18 Bulan
|
Dengan bantuan orang dewasa,
anak dapat menempatkan kepingan puzzle
ukuran besar dengan benar.
|
2 Tahun
|
Anak dapat melengkapi puzzle
sederhana meletakkan gambar sayuran atau binatang ke tempatnya. Dia juga bisa
menyelesaikan puzzle tiga keping sederhana.
|
3 Tahun
|
Kemampuan memecahkan
masalah sudah meningkat sehingga dia lebih tertarik dengan puzzle,
dan sudah bisa merangkai puzzle sederhana yang terdiri lebih dari
delapan keping.
|
Instrument Musik
|
6 Bulan
|
Jika kita memiliki drum mainan, bayi akan sangat senang memukulnya tanpa tujuan.
|
12 Bulan
|
Dia menganggukkan kepala
setiap kali mendengar bunyi perkusi drum, xylophone, atau
panci dan wajan.
|
18 Bulan
|
Anak suka bertepuk tangan
mengikuti musik, tapi jangan harap dia bisa mengikuti irama. Dia juga mulai
tertarik memukul-mukul tongkat atau menggoyangkan tamborin.
|
2 Tahun
|
Tekan tuts piano,
petik gitar, atau tabuh drum, anak akan
menirukan orang dewasa
memainkan berbagai jenis alat musik.
|
3 Tahun
|
Jika anak menyukai musik,
dia akan menikmati meniup alat musik tiup, seperti seruling atau harmonika.
|
DAFTAR PUSTAKA
Bergen, Doris.,
Fromberg, Doris Pronin. (2006). Play From
Birth to Twelve [Second Edition]. New York: Routledge.
Mursalin. (2011). Tahap Bermain Pada Anak. [Online].
Tersedia: http://mursalin-nersboyz.blogspot.com/2011/02/tahap-perkembangan-bermain-pada-anak.html.
[21 Oktober 2013].
Santrock, John W. (2009). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.